PERMASALAHAN OBESITAS DI INDONESIA DAN RISIKO
KARDIOVASKULAR


15 Feb 2017, 12:03 Dandi Gumilar Dibaca : 590


Apakah kurang gizi masih menjadi masalah utama di Indonesia? YA! Tentu saja jutaan orang di Indonesia masih mengalami kurang gizi. Namun, apakah anda tahu bahwa saat ini kelebihan berat badan yang justru menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia? Kenyataannya, di Indonesia secara umum masalah kelebihan berat badan pada populasi dewasa lebih dominan dibandingkan kurang gizi. Menurut Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia tahun 2010, sekitar seperlima (sebesar 21.7%) penduduk Indonesia di atas 18 tahun tergolong kelebihan berat badan dan obesitas, sedangkan hanya 12.6% yang tergolong berat badan kurang. Di beberapa provinsi seperti Sulawesi Utara misalnya, terdapat perbedaan ekstrim yaitu kasus obesitas pada wanita dilaporkan mencapai 29.5 % dibandingkan populasi wanita dengan berat badan kurang yang hanya 6.4%.

Kelebihan berat badan dan obesitas bukan sekedar permasalahan kosmetik atau dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun kondisi ini terkait pula dengan peningkatan risiko kardiovaskuler dan kematian.  Obesitas, khususnya obesitas sentral yang ditandai dengan ukuran lingkar pinggang diatas batas normal, merupakan salah satu faktor risiko independen dari penyakit jantung koroner (PJK) yang penting. Selain itu, obesitas juga berkaitan dengan beberapa faktor risiko PJK lainnya, seperti hipertensi, resistensi insulin atau diabetes mellitus, dislipidemia, dan obstructive sleep apnea (OSA). Berdasarkan beberapa penelitian, obesitas terkait dengan peningkatan komponen pro-inflamasi sehingga berperanan dalam patogenesis aterosklerosis. Berbagai kondisi ini kemudian dikenal sebagai obesitas morbid, suatu kondisi patologis yang harus ditindaklanjuti untuk mencegah berbagai risiko kardiovaskuler seperti yang telah disebutkan diatas.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan kriteria paling umum dan dikenal luas untuk menentukan seseorang kelebihan berat atau kurang. Kriteria ini digunakan pada banyak studi atau riset termasuk Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Menurut pedoman American Heart Association (AHA) mengenai pencegahan primer penyakit kardiovaskuler, IMT ideal adalah: 18,5-24,9 kg/m2 . Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa distribusi regional dari jaringan adiposa pada kasus obesitas juga penting disamping berat badan total dalam keterkaitannya dengan risiko kardiovaskuler, sehingga dikenal-lah kemudian istilah obesitas sentral. Beberapa studi prospektif lain menunjukkan adanya korelasi lebih kuat antara obesitas sentral dengan PJK apabila dibandingkan dengan IMT. International Diabetes Federation (IDF) menggunakan kriteria lingkar pinggang untuk menentukan apakah seseorang tergolong obesitas sentral atau tidak. Kriteria obesitas pada orang Asia berdasarkan IDF adalah >= 90 cm untuk laki-laki dan >= 80 cm pada perempuan.

Rekomendasi pencegahan primer PJK pada populasi dengan obesitas berupa program pengendalian berat badan dengan pembatasan asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik aerob. Seseorang yang termasuk kelebihan berat badan atau obesitas diharapkan dapat menurunkan berat badan 10% dalam terapi satu tahun pertama. Bagaimana dengan orang-orang yang sudah mengidap penyakit kardiovaskuler? Panduan AHA merekomendasikan agar IMT dan lingkar perut sebaiknya diperiksa dalam setiap kali kunjungan di poliklinik. Setiap klinisi juga sebaiknya memotivasi penderita secara berkesinambungan untuk mencapai atau menjaga IMT ideal antara 18.5 dan 24.9 kg/m2 serta lingkar pinggang <90 cm (pria) atau <80 cm (wanita). Tentunya berbagai faktor risiko kardiovaskuler lainnya yang sering ditemukan pada penderita obesitas harus dikontrol pula secara agresif.

Nah, apakah Anda juga memiliki masalah kelebihan berat badan atau bahkan obesitas? Jika ya, segeralah berupaya untuk mencapai target ideal IMT dan lingkar pinggang Anda!

 
 

ARTICLE